Kekhawatiran Jokowi di Akhir Masa Jabatan, Bankir Mengeluh Masalah Likuiditas

kepotimes.com – Kekhawatiran Jokowi Memasuki akhir masa jabatannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin menghadapi tantangan dalam sektor perbankan nasional. Bankir mengeluhkan masalah likuiditas yang semakin ketat, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di sekitar 5%.

Likuiditas Bank : Ada, Tapi Mahal

Kekhawatiran Jokowi di Akhir Masa Jabatan, Bankir Mengeluh tentang Likuiditas

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN), Nixon Napitupulu, menjelaskan bahwa meskipun likuiditas tersedia, harganya semakin mahal akibat suku bunga tinggi yang diperkirakan bertahan lama.

“Likuiditas aman, tidak ada masalah. Hanya saja harganya naik. Jadi kalau ditanya ‘Likuiditas ketat nggak?’ Definisinya bukan tidak ada likuiditas, tapi harganya mahal,” ujarnya di Kabupaten Bogor.

Permintaan Kredit Tinggi, Dana Pihak Ketiga Tertahan

Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Sigit Prastowo, menambahkan bahwa likuiditas tetap menjadi perhatian utama bank untuk semester II-2024. Meskipun permintaan kredit meningkat, pertumbuhan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) tidak seimbang.

“Permintaan kredit tumbuh sekitar 11-12%, sementara DPK hanya tumbuh 7-8%. Ini mendorong kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara keseluruhan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Sigit mengharapkan adanya perbaikan likuiditas secara umum dengan meningkatnya DPK yang tercatat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tumbuh 0,27% mtm atau 8,45% yoy menjadi Rp8.722 triliun per Juni 2024. Meski sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya, hal ini menandakan adanya perbaikan likuiditas.

Alternatif Sumber Pendanaan : Solusi Sementara

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyebut bahwa pertumbuhan simpanan bank yang melambat terutama pada deposito disebabkan oleh banyaknya alternatif instrumen penempatan dana. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bahwa laju pertumbuhan dana non-DPK kembali naik, sebelumnya melambat. Pada Februari 2024, alternatif pendanaan perbankan tumbuh 5,38% yoy.

Direktur Distribution and Institutional Funding BTN, Jasmin, mengatakan bahwa banyaknya pilihan instrumen inves lainnya turut mempengaruhi likuiditas. Seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menawarkan yield lebih tinggi dibanding deposito perbankan.

Tekanan Daya Beli dan Kenaikan Harga

Bankir senior Taswin Zakaria menambahkan bahwa likuiditas ketat juga disebabkan oleh tekanan daya beli dan tren penempatan dana di luar deposito perbankan. Kenaikan harga barang akibat pelemahan Rupiah berdampak terhadap daya beli konsumen.

Kekhawatiran Jokowi

Pada akhir 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyuarakan kekhawatirannya terkait peredaran uang yang semakin kering, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil.

Jokowi menyebut masalah ini muncul karena Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI) menerbitkan terlalu banyak instrumen, seperti SBN, SRBI, dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

“Jangan semuanya ramai membeli SBN atau instrumen lainnya. Hal ini agar sektor riil bisa terlihat lebih baik,” ujarnya di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Jakarta.

Dengan tantangan yang semakin nyata di sektor perbankan, langkah kebijakan yang tepat dari pemerintah dan BI menjadi krusial untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.